Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI ) Kelas 3 SD/MI Pembelajaran 7

Materi PAI Daring Kelas 3 SD/MI Pembelajaran 7

PEMBELAJARAN 7

HATI TENTRAM DENGAN BERPRILAKU BAIK

        Pada masa pandemi covid 19 ini seluruh aktifitas yang biasanya berjalan lancar menjadi terhambat, sebab kita semua harus menjaga jarak, menghindari krumunan dan patuh pada protokol kesehatan. salah satu kegiatan yang sampai sekarang masih belum berani menjalankan aktifitas seperti biasa adalah bidang pendidikan, mengapa? karena pendidikan tidak terlepas dari proses belajar mengajar dengan tatap muka dan bertemu didalamnya juga berisi anak-anak yang belum bisa menerapkan protokol kesehatan, maka dari itu inisiatif pemenrintah dalam memutusrantai penyebaran virus covid 19 dengan mengadakan belajar di rumah atau terkenal dengan istilah WFH (Work from Home).

       Menghadapi kondisi yang seperti ini guru dan orang tua harus extra sabar menghadapi anak-anaknya. karena pembelajaran online bukan pembelajaran yang sangat mudah tetapi cukup menyulitkan orang tau dan guru. kenapa demikian? karena belajar Daring (Dalam Jaringan) atau Luring (Luar Jaringan) butuh suport penuh terhadap jaringan internet, prangkat handphone atau laptop yang jarang dimiliki oleh orang tua siswa. maka dari itu khususnya guru harus lebih giat dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan diajarkan. berikut ini kita sajikan materi pembelajaran PAI yang siap diajarkan kepada anak didiknya dan semoga materi Materi PAI Daring Kelas 3 SD/MI Pembelajaran 7 ini memeberikan manfaat bagi yang membanya.. aamiin 

A.     Ikhlas

    Niat yang baik menjadi awal perbuatan baik. Niat yang ikhlas akan mengantarkan perbuatan yang ikhlas pula. Allah Swt. tidak memandang kepada rupa dan harta kita, tetapi Allah Swt. melihat hati dan amal kita. Ikhlas artinya mengerjakan suatu kebaikan dengan niat hanya kepada Allah Swt. untuk memperoleh ri«a-Nya. Ikhlas menjadi syarat diterimanya amal. Allah Swt. berfirman dalam al-Qur’an.

Materi PAI Daring Kelas 3 SD/MI Pembelajaran 7
Pengembangan Materi

Ikhlas 

    Dalam upaya memberi pemahaman kepada peserta didik tentang ikhlas, yang paling diperlukan adalah bagaimana ikhlas dapat dipahami, diamalkan dan dikenang. Pendekatan memberikan contoh, perasaan menerima manfaat, serta jargon untuk membangun ingatan dan kesan sangat diperlukan. Contoh ikhlas dan manfaat yang dapat dirasakan adalah ketika melakukan segala kebaikan semata untuk memperoleh pahala dari Allah Swt.. Ketika melakukan perbuatan-perbuatan itu sebaiknya kita merasa sedih seolah langsung memperoleh pahala dari Allah Swt.. Karenanya, apakah perbuatan itu kemudian akan disanjung orang, akan diberi balasan berupa materi, ucapan terima kasih atau apakah justru akan dibalas dengan keburukan, tidaklah penting. Sebab tujuan melakukan perbuatan dengan ikhlas adalah hanya berharap memperoleh pahala dari Allah Swt.. Dipastikan bahwa Allah Swt. akan suka kepada kita karena kita telah berbuat baik kepada-Nya. 

       Ikhlas atau tidak kita mengerjakan sesuatu, dapat diukur antara lain ; melalui reaksi orang lain kepada kita. Jika orang lain membalas kebaikan itu lalu kita akan senang, namun jika tidak membalas maka muka kita berubah menjadi masam, hati menggerutu, bahkan terkadang muncul dari mulut kita sesuatu yang mengungkit perbuatan kita terdahulu sebagai perbuatan tidak ikhlas. Maka semua ini adalah tanda-tanda kita kurang ikhlas mengerjakan kebaikan, karena buktinya kita tidak mengharap keridaan dan pahala Allah Swt. namun yang kita harapkan adalah sanjungan dari orang lain ataupun balasan material. Allah Swt. mengingatkan sebagian hati manusia yang tidak ikhlas dalam berbuat kebaikan.

    Hal pertama yang harus dilakukan agar hati kita ikhlas adalah menetapkan niat terlebih dahulu. Sabda Nabi Muhammad saw. tentang niat berikut ini dapat menjadi jargon yang mudah diingat oleh peserta didik. Dalam Sahih Bukhari dari “Innamal A'amalu Binnyat”. Artinya: “Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya.” 

    Jika niat kita hanya ingin dipuji atau memperoleh balasan materi, maka pahala dari Allah Swt. tidak akan kita dapatkan. Namun jika kita berbuat baik atau menolong orang lain tanpa pamrih (ingin dipuji atau memperoleh balasan materi) maka Allah akan mengganti balasannya dengan pahala dan keridaannya. 

    Contoh lain tentang ikhlas, ketika kita salat di malam hari sendirian, yang kita harapkan pada waktu itu hanyalah keridaan dan pahala dari Allah Swt. Kita tidak mengharapkan apa-apa dari pujian manusia karena manusia tidak melihat kita. Allah Swt. juga Maha mengetahui kebutuhan kita apakah akan memberi kepada kita ataukah tidak sesuatu yang kita harapkan. Keikhlasan dalam beribadah seperti itu harus bisa dipraktikkan saat bergaul dan berhubungan dengan sesama manusia. Misalnya, jika di tengah jalan kita melihat seseorang sedang kesulitan, maka kita harus menolongnya dengan ikhlas. Terserah orang yang kita tolong itu berterima kasih ataupun tidak, memberi kita imbalan ataukah tidak. Apabila kita terbiasa dengan ingat kepada Allah Swt. dalam melakukan kebaikan berarti itulah tanda-tanda ikhlas telah tumbuh dalam hati kita. 

B.     Mohon Pertolongan

Memohon Pertolongan kepada Allah Swt.

    Allah Swt. adalah Tuhan yang menciptakan kita dan merancang rezeki kita. Karenanya Allah tahu segala persoalan kita. Dialah yang bisa memperbaiki kehidupan kita apabila terjadi kerusakan atau ketidakseimbangan. 

    Allah selalu menolong kita dengan berbagai cara, langsung ataupun tidak langsung. Misalnya apabila kita lapar, Allah Swt. bisa menurunkan rejeki langsung dalam bentuk makanan yang tumbuh di pepohonan dan di tanah, namun Allah Swt. juga bisa memberi kita rezeki berupa uang melalui orang lain tempat kita bekerja. Dengan uang itu kita bisa memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Penolong kita yang sejati adalah Allah Swt. Namun kita sering keliru dan salah paham karena kita sering mengira benda dan orang lain bisa menolong kita tanpa kekuasaan Allah Swt. 

   Contohnya kita sering meminta orang lain agar menolong kita sedangkan kita melupakan Allah Swt. Padahal sesungguhnya Allahlah yang memberikan pertolongan itu melalui orang itu. Apabila kita sedang lapar, yang menolong bukanlah nasi atau roti yang kita makan, sebaliknya Allahlah yang menjadikan makanan itu ada dan menjadikan perut kita menjadi kenyang. Allah Swt. mengajarkan kepada kita agar kita selalu meminta pertolongan kepadaNya. 

    Misalnya setiap salat kita membaca: “Iyyaka na'budu waiyyaka nasta'in”. Artinya: Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan”. Dengan membaca “Iyyaka na'budu waiyyaka nasta'in” kita selalu memanjatkan doa dan harapan agar Allah Swt. selalu menolong kita.


Artikel Terkait :

☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 1 SD/MI

☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 2 SD/MI

☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 3 SD/MI

☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 4 SD/MI

☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 5 SD/MI

☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 6 SD/MI

0 comments

Post a Comment