Materi Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas 3 SD/MI Pembelajaran 6

Materi PAI Daring Kelas 3 SD/MI Pembelajaran 6

PEMBELAJARAN 6

KISAH KETELADANAN NABI YUSUF A.S DAN NABI SYUA'IB A.S

        Pada masa pandemi covid 19 ini seluruh aktifitas yang biasanya berjalan lancar menjadi terhambat, sebab kita semua harus menjaga jarak, menghindari krumunan dan patuh pada protokol kesehatan. salah satu kegiatan yang sampai sekarang masih belum berani menjalankan aktifitas seperti biasa adalah bidang pendidikan, mengapa? karena pendidikan tidak terlepas dari proses belajar mengajar dengan tatap muka dan bertemu didalamnya juga berisi anak-anak yang belum bisa menerapkan protokol kesehatan, maka dari itu inisiatif pemenrintah dalam memutusrantai penyebaran virus covid 19 dengan mengadakan belajar di rumah atau terkenal dengan istilah WFH (Work from Home).

       Menghadapi kondisi yang seperti ini guru dan orang tua harus extra sabar menghadapi anak-anaknya. karena pembelajaran online bukan pembelajaran yang sangat mudah tetapi cukup menyulitkan orang tau dan guru. kenapa demikian? karena belajar Daring (Dalam Jaringan) atau Luring (Luar Jaringan) butuh suport penuh terhadap jaringan internet, prangkat handphone atau laptop yang jarang dimiliki oleh orang tua siswa. maka dari itu khususnya guru harus lebih giat dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan diajarkan. berikut ini kita sajikan materi pembelajaran PAI yang siap diajarkan kepada anak didiknya dan semoga materi Materi PAI Daring Kelas 3 SD/MI Pembelajaran 6 ini memeberikan manfaat bagi yang membanya.. aamiin 

A.     Kisah Keteladanan Nabi Yusuf a.s

1. Nabi Yusuf a.s. Bermimpi 

    Allah Swt. memberikan kedudukan yang mulia kepada Nabi Yusuf a.s.. Nabi Yusuf a.s. juga diberi ilmu berupa tafsir mimpi. Nabi Yusuf a.s. adalah putra Nabi Ya’qub a.s.. Yusuf mempunyai adik kandung bernama Bunyamin dan 10 saudara berbeda ibu (kakak-kakak Yusuf). Ayah Yusuf sangat dekat dengan Yusuf setelah ibu kandungnya (bernama Rahel) meninggal dunia. Saat Rahel meninggal, Yusuf baru berusia dua tahun. Kedekatan Yusuf dengan ayahnya menimbulkan rasa cemburu 10 saudaranya (yang tidak seibu). Mereka mulai tidak menyukai Yusuf. Apalagi wajah Yusuf juga lebih tampan. 

  Suatu hari Yusuf bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, semuanya bersujud kepadanya. Yusuf kemudian menceritakan mimpi itu kepada ayahnya. Ya’qub lalu berkata, ”Jangan kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, supaya mereka tidak tergoda oleh setan dan mencelakakanmu”. Dengan mimpi itu ayahnya mempunyai firasat bahwa Yusuf kelak akan mendapat kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. 

2. Diajak Pergi Bermain untuk Dicelakai 

    Saudara-saudara Yusuf menghadap Ya’qub dan meminta izin akan mengajak Yusuf bermain-main di hutan. Sang ayah berkata, “Jangan mengajak Yusuf ke hutan nanti ada serigala sedangkan dia masih kecil”. Namun akhirnya mereka berhasil membujuk ayahnya. Saudara  saudara Yusuf merencanakan untuk membunuh Yusuf, tetapi salah satu kakak Yusuf berpendapat agar jangan membunuh Yusuf, tetapi membuangnya saja ke dalam sumur.

    Yusuf dibawa ke hutan mendekati sumur tempat para pedagang sering mampir mengambil air. Mereka pun membuang Yusuf ke dalam sumur. Saudara-saudara Yusuf kemudian pulang dan berkata pada ayah mereka, “Wahai ayah, kami tadi sedang bermain dan berlomba memanah lalu kami tinggalkan Yusuf di dekat barangbarang kami, tiba-tiba dia dimakan serigala. Apakah ayah tidak percaya kepada kami?" Mereka menunjukkan bekas baju Yusuf yang berlumuran darah (palsu). Ayahnya berkata, “Sebenarnya hanya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu, maka hanya bersabar adalah yang terbaik bagiku. Dan kepada Allah saja aku memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan". 

3. Diselamatkan Saudagar 

    Tidak lama kemudian ada saudagar yang melewati sumur itu dan mampir untuk mengambil air. Ketika menurunkan timbanya, Nabi Yusuf a.s. berpegangan pada timba dan ikut ditarik ke atas. Saudagar itu terkejut bukan kepalang mendapati anak kecil bergelantung di timbanya, “Oh, ini ada seorang anak yang bisa kita bawa dan kita jual sebagai barang dagangan”. Sesampainya di pasar, Yusuf dijual. Pembelinya adalah penguasa di negeri itu. Sang pembeli meminta kepada isterinya, Zulaikha, agar memperlakukan Yusuf dengan baik. Waktu berjalan terus, lambat laun Yusuf menjadi dewasa dan pemuda yang cerdas.

4. Mimpi Raja

    Pada suatu hari Raja bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus, tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh tangkai gandum lainnya yang kering. Raja segera mengumpulkan para penasihat untuk menjelaskan makna mimpinya. Namun tak seorang pun bisa menjelaskan makna mimpi itu. 

  Seorang pelayan melapor kepada Raja, “Baginda saya punya informasi tentang orang yang pandai menjelaskan mimpi, maka utuslah aku kepadanya”. Pelayan kemudian diperbolehkan menemui Yusuf di penjara dan menceritakan perihal mimpi raja. Ketika itu Yusuf dimasukkan ke penjara meskipun tidak bersalah. 

  Yusuf menjelaskan kepada raja, “Hendaklah kalian bercocok tanam tujuh tahun berturut-turut, kemudian ketika kalian panen maka hendaklah menyimpan makanan dengan cara membiarkan tangkainya kecuali sedikit untuk dimakan. Sebab setelah tujuh tahun itu akan datang tujuh tahun kemudian masa yang amat sulit. Pada masa sulit tersebut akan menghabiskan simpanan makanan sebelumnya. Setelah itu akan datang tahun di mana manusia diberi hujan dengan cukup dan mereka memeras anggur”. 

   Raja tertegun dengan penjelasan Yusuf yang masuk akal. Kemudian mengangkat Yusuf sebagai pejabat negara urusan pangan.

5. Nabi Yusuf a.s. Menduduki Jabatan

    Mulailah Nabi Yusuf a.s. menjadi pejabat keuangan. Lalu datanglah masa sulit sebagaimana mimpi yang ditafsirkan Yusuf. Orang mulai memburu bahan makanan dan berduyun-duyun datang ke gudang makanan yang disediakan kerajaan. Tampak diantara mereka adalah saudara-saudara Yusuf a.s. Yusuf mengenal mereka sedangkan mereka tidak mengenali Yusuf lagi. Mereka mengira Yusuf sudah lama meninggal dunia. Saat itu Yusuf mendekati mereka dan bertanya tentang asal usul daerah dan keluarga mereka. Mereka menjelaskan semuanya. Yusuf bertanya, “Kenapa saudara kalian yang kecil, yang bernama Bunyamin itu tidak ikut kesini? Untuk besok, bawalah dia atau kalian tidak akan mendapatkan bahan makanan seperti hari ini".

6. Bunyamin Datang ke Istana

    Ketika saudara-saudara Yusuf kembali ke rumah, diceritakanlah kepada ayah mereka tentang pertemuan dengan pejabat tinggi kerajaan yang meminta Bunyamin ikut dalam perjalanan yang akan datang. Tentu sang ayah khawatir kejadian yang pernah menimpa Yusuf a.s terulang kembali. Namun karena persoalan makanan sangat penting akhirnya Bunyamin diizinkan untuk ikut. Ayah mereka, Nabi Ya’qub a.s., kini sudah tua dan kehilangan penglihatan karena sering bersedih dan menangis mengingat nasib Yusuf. 

    Para putra Ya' qub kini datang kembali ke kerajaan dengan membawa Bunyamin. Di tengah kesibukan menumpuk bahan makanan, Yusuf secara diam-diam menghampiri Bunyamin dan membisikinya, “Wahai Bunyamin, sesungguhnya aku adalah saudaramu, Yusuf. Allah telah melindungiku dan memberiku kekuatan. Nanti akan kususun rencana agar kamu tertinggal di kerajaan ini dan saudara-saudaramu biarkan pulang ke rumah”. Yusuf kemudian secara sembunyi memasukkan gelas emas milik kerajaan ke dalam karung milik Bunyamin. Ketika mereka akan meninggalkan istana raja, tiba-tiba pengawal istana mengumumkan telah terjadi pencurian piala dan mencegat semua kafilah. Saudara-saudara Yusuf bersumpah bahwa mereka tidak datang untuk mencuri. Namun sayang, ternyata para pengawal kerajaan menemukan piala itu di dalam karung Bunyamin. Bunyamin pun ditahan dan yang lain dipersilakan pulang. Saudara-saudara Yusuf a.s. kemudian kembali kepada ayah mereka di Palestina tanpa Bunyamin. Mereka mengabarkan apa yang telah terjadi. Ayahnya bertambah sedih mendengar kejadian yang menimpa dan berkata, “Wahai anak-anakku. Pergilah kalian mencari berita tentang keberadaan Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa”.

7. Saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. Menyadari Kesalahan 

    Sewaktu mengambil makanan berikutnya, Yusuf a.s. mempertemukan Bunyamin dengan saudarasaudaranya. Yusuf berkata, “Sadarkah kalian tentang perbuatan apa yang telah kalian lakukan kepada saudara kalian sendiri, Yusuf dan Bunyamin?”. Mereka sangat terkejut karena di hadapan mereka ternyata adalah Yusuf, yaitu adik mereka yang pernah mereka buang ke dalam sumur, “Apakah engkau Yusuf?”. Nabi Yusuf a.s. menjawab, “Benar, aku Yusuf". Mereka mengakui kesalahan dan memohon maaf atas perbuatannya membuang Yusuf. Nabi Yusuf a.s. berkata, “Kalian tidak akan dihukum dan dipersalahkan. Aku mohon kepada Allah Swt. ampunan dan rahmat bagi kalian dan Allah Maha Penyayang”. Setelah menanyakan keadaan ayahnya, Yusuf a.s. kemudian mengirim jubahnya supaya diusapkan ke wajah ayahnya sembari meminta agar ayahnya segera diajak menuju istana. 

8. Nabi Yusuf a.s. Bersatu Kembali dengan Keluarganya 

    Sebelum sampai ke rumah. Ayah mereka berkata, “Bahwa sesungguhnya aku telah mencium keberadaan Yusuf yang masih hidup”. Maka benarlah, ketika mereka tiba, jubah Yusuf diusapkan ke wajahnya dan muncullah kegembiraan di hati ayah. Penglihatan ayahnya pun dengan izin Allah Swt. telah pulih kembali. Saudara-saudara Yusuf a.s. dan ayahnya segera berangkat menuju Mesir. Nabi Yusuf a.s. Menyambut kedatangan keluarganya, Nabi Yusuf langsung duduk di samping ayahnya. Setelah selesai pertemuan, seluruh keluarga Yusuf diminta tinggal di istana. Kemudian Nabi Yusuf a.s. menyatakan, “Inilah mimpiku sewaktu masih kecil dulu, melihat sebelas bintang, matahari dan bulan bersujud kepadaku. Allah Swt. mewujudkannya dengan banyak kebaikan kepadaku dan membebaskanku dari penjara serta mempertemukan kita kembali”.

B.     Kisah Keteladanan Nabi Syua'ib a.s

1. Kesesatan Kaum Madyan 

    Nabi Syu’aib a.s. berasal dari suku Madyan. Suku Madyan adalah orang-orang Arab yang tinggal di sebuah daerah bernama Ma’an di pinggiran negeri Syam. Saat ini Syam dikenal sebagai negeri Syiria. Kaum Madyan kebanyakan bekerja sebagai pedagang, karena kota mereka tempat persinggahan kafilah-kafilah dagang. 

    Kaum Madyan tidak beriman kepada Allah Swt. mereka menyembah berhala. Selain syirik, ada kebiasaan buruk yang suka dilakukan kaum Madyan yaitu suka berbuat curang, dengan mengurangi takaran dan timbangan jika mereka menjual suatu barang. Allah Swt. mengutus Nabi Syu’aib a.s. untuk menyeru mereka supaya menyembah hanya kepada Allah Swt. saja, tidak menyekutukan-Nya. 

2. Nabi Syu’aib Melarang Kecurangan 

    Nabi Syu’aib melarang mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk serta mengajak orang-orang Madyan untuk berbuat adil dan jujur dalam berjual beli. Di dalam al-Qur’an surat Hud ayat 85 dijelaskan bahwa Nabi Syu’aib a.s. berkata kepada kaum Madyan, “Wahai kaumku! Penuhilah takaran dan timbangan dengan adil dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hakhak mereka dan jangan kamu membuat kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan”. 

    Nabi Syu’aib a.s. mengingatkan kaumnya pada kenikmatan yang mereka dapatkan agar mereka bersyukur. Kaum Nabi Syu’aib a.s. tetap tidak mau mengikuti ajakannya, bahkan mereka mengejeknya, mengancam Nabi Syu’aib a.s. dengan berkata, “Wahai Syuaib! Kami tidak banyak mengerti tentang apa yang engkau katakan itu, sedang kenyataannya kami memandang engkau seorang yang lemah di antara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah menganiaya engkau, sedang engkaupun bukan seorang yang berpengaruh di lingkungan kami". Syu’aib berkata,”Dan wahai kaumku! Berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakan dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah! Sesungguhnya aku bersamamu adalah orang yang menunggu".

3. Kebinasaan Kaum Madyan 

    Kaum Madyan benar-benar ingkar. Kebenaran telah ditolak dan mereka menantang ajakan Nabi Syu’aib a.s. sedangkan Nabi Syu’aib a.s. telah bersabar. Nabi Syu’aib a.s. merasa khawatir terhada kaumnya akan azab yang menimpa mereka. Maka Allah Swt. membinasakan kaum Madyan. Mereka disambar petir yang sangat keras disertai dengan gempa yang sangat kuat, sehingga mati bergelimpangan. Kaum Madyan dibinasakan dan dijauhkan dari rahmat Allah Swt. karena menolak untuk beriman kepada Allah Swt.


Artikel Terkait :

☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 1 SD/MI

☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 2 SD/MI

☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 3 SD/MI

☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 4 SD/MI

☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 5 SD/MI

☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 6 SD/MI

0 comments

Post a Comment