PEMBELAJARAN 12
KISAH KETELADANAN NABI IBRAHIM A.S DAN NABI ISMAIL A.S
Pada masa pandemi covid 19 ini seluruh aktifitas yang biasanya berjalan lancar menjadi terhambat, sebab kita semua harus menjaga jarak, menghindari krumunan dan patuh pada protokol kesehatan. salah satu kegiatan yang sampai sekarang masih belum berani menjalankan aktifitas seperti biasa adalah bidang pendidikan, mengapa? karena pendidikan tidak terlepas dari proses belajar mengajar dengan tatap muka dan bertemu didalamnya juga berisi anak-anak yang belum bisa menerapkan protokol kesehatan, maka dari itu inisiatif pemenrintah dalam memutusrantai penyebaran virus covid 19 dengan mengadakan belajar di rumah atau terkenal dengan istilah WFH (Work from Home).
Menghadapi kondisi yang seperti ini guru dan orang tua harus extra sabar menghadapi anak-anaknya. karena pembelajaran online bukan pembelajaran yang sangat mudah tetapi cukup menyulitkan orang tau dan guru. kenapa demikian? karena belajar Daring (Dalam Jaringan) atau Luring (Luar Jaringan) butuh suport penuh terhadap jaringan internet, prangkat handphone atau laptop yang jarang dimiliki oleh orang tua siswa. maka dari itu khususnya guru harus lebih giat dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan diajarkan. berikut ini kita sajikan materi pembelajaran PAI yang siap diajarkan kepada anak didiknya dan semoga materi Materi PAI Daring Kelas 3 SD/MI Pembelajaran 12 ini memeberikan manfaat bagi yang membanya.. aamiin
A. Kisah Keteladanan Nabi Ibrahim a.s
Nabi Ibrahim lahir di Babilonia (sekarang Irak). Ayahnya
bernama Azar bin Nahur. Kala itu Babilonia dipimpin oleh
seorang raja yang sangat zalim, yaitu Namrud bin Kan’an bin
Kush. Babilonia adalah negeri yang kaya. Rakyatnya hidup
makmur, namun mereka tidak mengenal Allah Swt. Penduduk
Babilonia justru menyembah patung. Lucunya patung-patung
itu dibuat oleh mereka sendiri.
1. Anak Nabi Ibrahim a.s.
Nabi Ibrahim memiliki anak bernama Ismail dan Ishaq.
Antara Ismail dan Ishaq berbeda ibu, tetapi ayahnya tetap
Ibrahim. Ibunda Ismail bernama Hajar dan Ibunda Ishaq
bernama Sarah.
Menurut riwayat, keturunan Nabi Ishaq menurunkan Nabi
Musa a.s. dan dari keturunan Nabi Ismail a.s. menurunkan
Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, Nabi Ibrahim a.s.
dikenal sebagai Bapak para Nabi.
2. Kehidupan Nabi Ibrahim a.s.
Nabi Ibrahim sejak kecil hidup di lingkungan yang penuh
kemusyrikan dan kekufuran. Beliau dibesarkan oleh
seorang ayah yang tidak seiman dengannya. Ayah Ibrahim
ahli dalam memahat patung. Patung-patung ini dijual
kepada penduduk Babilonia. Patung-patung itulah yang
kemudian dijadikan sesembahan.
Ayah Ibrahim menyuruh Ibrahim untuk menjual patungpatung itu, tetapi berkat bimbingan Allah Swt. Ibrahim
dengan halus menolak perintah ayahnya. Menurut Ibrahim,
kebiasaan penduduk Babilonia, termasuk ayahnya sendiri
keliru.
Satu-satunya cara menyadarkan penduduk Babilonia
kembali ke jalan yang benar adalah menyadarkan atas
kelemahan patung sebagai sesembahan. Hanya Allah Swt.
Yang Maha Esa dan Maha Kuasa yang berhak disembah. Dialah pencipta alam semesta beserta isinya, patung-patung itu tidak dapat membela dirinya sendiri, apalagi
membela kawannya.
3. Nabi Ibrahim a.s Mencari Tuhan yang Sebenarnya
Masyarakat Babilonia sudah lama sebagai penyembah
bintang-bintang dan patung-patung. Ibrahim terus
berusaha mencari kebenaran agama yang dianut oleh
keluarganya.
Ketika malam telah gelap, Ibrahim menyaksikan sebuah
bintang. Dia sempat berpikir bahwa bintang itu Tuhannya,
tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata, "Saya
tidak suka kepada yang tenggelam".
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata,
"Inilah Tuhanku". Setelah bulan itu terbenam, dia berkata,
"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat".
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata,
"Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Tatkala matahari itu
terbenam, dia berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan".
"Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb
yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung
kepada agama yang benar dan aku bukanlah termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan".
Inilah yang dianugerahkan Allah Swt. kepada Nabi Ibrahim
a.s. dalam menolak agama yang dipercayai kaumnya serta
menerima Tuhan yang sebenarnya.
4. Menyaksikan Kekuasaan Allah Swt.
Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 260 dijelaskan
bahwa Nabi Ibrahim a.s. berdoa kepada Allah Swt.
memohon supaya diperkenankan melihat kekuasaan-Nya.
“Ya Allah, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan makhluk yang sudah mati”, demikian
suatu hari Nabi Ibrahim a.s. berdoa. Keinginan itu
dikabulkan. Kemudian, Allah Swt. menyuruh Nabi Ibrahim a.s. menangkap empat ekor burung. Setiap burung diberi
tanda. Selanjutnya burung itu dicincang.
Bagian-bagiannya dicampur satu sama lain. Potongan
tubuh keempat burung itu dibawa. Lalu, diletakkan di
puncak empat buah bukit. Keempat bukit itu letaknya
berjauhan satu sama lain.
Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada Nabi Ibrahim
a.s. memanggil burung-burung itu. Dengan izin Allah Swt.
burung-burung itu hidup kembali. Semuanya utuh seperti
sediakala.
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Tak ada yang
sanggup menghalangi kehendak-Nya. Hanya dengan kata
kun (jadilah), maka yang dikehendaki-Nya pasti terbukti.
Allah Mahakuasa, menghidupkan yang mati sangatlah
mudah bagi-Nya. Nabi Ibrahim a.s. telah melihatnya
sendiri. Hatinya semakin mantap, keyakinannya semakin
kuat, keimanannya semakin hebat.
5. Berdakwah Kepada Ayahnya
Azar tidak hanya pembuat patung, tetapi ia juga menyembah
patung. Sebelum berdakwah kepada penduduk Babilonia,
Nabi Ibrahim a.s. harus menyadarkan dulu ayahnya.
Berdakwah kepada ayahnya tidaklah mudah, karena
ayahnya tetap bersikukuh dengan keyakinannya. Usaha
Nabi Ibrahim a.s. sudah maksimal, namun Allah Swt. yang
menentukan. Sebagai anak, Nabi Ibrahim a.s. sangat ingin
menyelamatkan ayahnya. Sikap ayahnya yang menolak
ajaran Allah Swt. tidak membuat Nabi Ibrahim a.s. larut
dalam kesedihan. Sikapnya tetap teguh untuk menyebarkan
pesan-pesan Allah Swt.
6. Raja Namrud yang Zalim
Raja Namrud memerintah dengan kejam. Semua orang
harus taat, tidak boleh melawannya. Bila ada yang berani
melawan, nyawa taruhannya. Rakyat hidup bagaikan
budak. Keadaan itu tidak membuat Namrud puas. Ia
merasa dirinya layak disembah. Ia ingin dipertuhankan. Ia berpikir, rakyat pasti mau menyembahnya. Patung-patung
yang tak bernyawa saja disembah, apalagi raja yang sangat
berkuasa.
7. Menunjukkan Kelemahan Patung
Nabi Ibrahim a.s. berdakwah tak kenal lelah, tetapi penduduk
Babilonia menolak keras. Mereka tetap pada keyakinannya
menyembah patung-patung yang mereka buat sendiri.
Namun Nabi Ibrahim a.s. tidak kehilangan akal. Ada
rencana lain, barangkali penduduk Babilonia memerlukan
bukti. Orang-orang Babilonia mempunyai suatu tradisi,
yaitu setiap tahun mereka pergi meninggalkan negerinya.
Sewaktu raja Namrud dan kaumnya meninggalkan negeri,
kampung mereka ditinggalkan kosong. Kesempatan itu
dipergunakan Nabi Ibrahim a.s. untuk menghancurkan
patung-patung Raja Namrud dan kaumnya. Dengan
kapak yang telah dipersiapkan, mulailah Nabi Ibrahim a.s.
menghancurkan patung-patung itu satu persatu. Hanya
satu patung yang paling besar tidak dihancurkan. Lalu
kapak yang dipergunakan menghancurkan patung-patung
itu dikalungkan di leher patung yang paling besar tadi.
8. Akibat Perbuatan Ibrahim
Ketika Raja Namrud dan kaumnya datang ke pusat
pemujaan, betapa terkejutnya mereka semua, karena
patung-patung sembahan mereka hancur. Maka tak pelak
lagi, Ibrahimlah yang dituduh. Nabi Ibrahim a.s. akhirnya
dipanggil dan diadili. Raja Namrud bertanya kepada Nabi
Ibrahim a.s., “Apakah kamu yang menghancurkan patungpatung sesembahan kami?”
“Aku pikir barangkali berhala besar itulah yang
melakukannya. Bukankah kapak yang ada di lehernya yang
membuktikan perbuatannya?” kata Ibrahim.
“Mana mungkin berhala bisa berbuat seperti itu!” kata
Namrud.
“Kalau begitu mengapa engkau sembah patung yang tidak
bisa berbuat apa-apa?”, kata Ibrahim. Mendengar pernyataan Nabi Ibrahim a.s. itu, orang-orang
yang menyaksikan banyak yang sadar. Selama ini mereka
telah menyembah patung-patung yang tidak bisa berbuat
apa-apa. Tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, tidak
bisa bicara. Melihat keadaan demikian raja Namrud
semakin murka.
Raja Namrud akhirnya memutuskan bahwa Nabi Ibrahim
a.s. harus dibunuh dengan cara dibakar hidup-hidup.
Setelah kayu bakar dikumpulkan, Nabi Ibrahim a.s. diikat
dan dilempar dengan alat pelontar yang membara. Api
menjalar mendekati Nabi Ibrahim a.s. akan tetapi, ia tetap
tenang. Hatinya bertawakal, ia yakin Allah Swt. tak akan
membiarkannya. Allah Swt. pasti menolong orang yang
berjuang di jalan-Nya.
Ketika api menyala semakin besar, Raja Namrud dan
pengikutnya tertawa riang. Mereka menyangka bahwa
Ibrahim telah hancur menjadi abu. Akan tetapi, betapa
terkejutnya mereka, melihat keajaiban yang tidak disangkasangka. Setelah api padam Nabi Ibrahim a.s. tiba-tiba
berjalan keluar dari puing-puing pembakaran api dengan
selamat tanpa luka sedikit pun. Allah Swt. menunjukkan
kekuasaan dan kasih sayangnya kepada Nabi Ibrahim a.s.
dan kaumnya.
B. Kisah Keteladanan Nabi Ismail a.s
1. Keluarga Nabi Ismail a.s.
Setelah berdakwah di Babilonia dan beberapa lama tinggal
di Mesir, Nabi Ibrahim a.s. bermaksud pindah ke Palestina
bersama istrinya. Karena lama tidak memiliki anak,
kemudian beliau berdoa kepada Allah Swt. agar dikarunia
anak yang saleh. Berkat doa itu, maka Ibrahim dikaruniai
seorang anak laki-laki bernama Ismail. Ibu Nabi ismail a.s.
bernama Hajar.
2. Hijrah ke Mekkah
Dengan penuh bertawakkal kepada Allah Swt., Nabi Ibrahim
a.s. meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail
tanpa tempat tujuan yang tertentu. Ia hanya berserah
diri kepada Allah Swt. yang akan memberi arah kepada
binatang tunggangannya. Setelah berminggu-minggu
berada dalam perjalanan jauh, tibalah pada akhirnya Nabi
Ibrahim a.s bersama istri dan anaknya Ismail di Mekkah.
Di Kota itu, Ka’bah didirikan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail a.s. dan menjadi kiblat manusia dari seluruh dunia.
Di tempat itu Masjidil Haram sekarang berada.
3. Ditinggal di Tempat yang Gersang
Lelah masih belum hilang. Perintah Allah Swt. sudah datang
kepada Nabi Ibrahim a.s. Di Mekkah, Hajar dan Ismail harus
ditinggalkan, padahal tempat itu sangat gersang, tak ada
air dan tanaman yang subur. Nabi Ibrahim a.s. mengatakan
kepada istrinya bahwa ini adalah kehendak Allah Swt. dan
harus bertawakal kepada-Nya. Hajar berkata, “Ke manakah
Engkau akan pergi? Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan hal ini?”. Nabi Ibrahim a.s. menjawab, “Benar,
Allah-lah yang menyuruh kita ke sini. Percayalah Allah
Maha Penyayang, tidak mungkin menelantarkan kalian”.
4. Munculnya Air Zam-zam
Hajar mematuhi perintah Ibrahim dengan sabar. Ia makan
dari bekalnya dan minum dari air yang ditinggalkan
Nabi Ibrahim a.s. sampai habis. Beberapa hari kemudian
persediaan bekal sudah habis. Tak ada lagi makanan dan
minuman. Hajar kebingungan, kemana ia harus mencari
makanan. Kebingungan bertambah manakala terdengar
tangisan Ismail kehausan. "Hajar melirik ke kanan dan
ke kiri, pandangannya ke sana kemari mencari air. Begitu
gigihnya Hajar, ia berlari menuju bukit Safa barangkali
bisa mendapatkan air, ternyata tidak ada air sedikit pun.
Kemudian ia pun berlari-lari kepayahan sampai tiba di
suatu tempat lain yang bernama Marwah, di sana pun
tidak ada air. Kejadian itu sampai berulang-ulang, bolakbalik sebanyak tujuh kali ia berlari antara bukit Safa dan
Marwah.
Diriwayatkan bahwa Hajar berada dalam keadaan tidak
berdaya dan hampir berputus asa. Namun pertolongan
Allah Swt. datang kepadanya.
Atas kekuasaan Allah Swt. melalui Malaikat Jibril keluarlah
mata air Zam-zam. Air itu dapat memenuhi keperluannya
sehari-hari.
5. Pengorbanan Nabi Ismail a.s.
Nabi Ismail a.s adalah anak yang patuh dan taat pada
perintah Allah Swt. serta hormat kepada orangtuanya.
Ketaatan dan kepatuhan Nabi Ismail a.s. diuji oleh Allah
Swt. Ketika Nabi Ismail a.s. menginjak usia remaja, Nabi
Ibrahim a.s dan Hajar diuji oleh Allah Swt. Peristiwa ini
dijelaskan dalam al-Qur’an surat as-Saffat ayat 102-111,
yaitu:
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup)
berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa
pendapatmu!" Ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (ayat
102)
"Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim
membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah
kesabaran keduanya )". (ayat 103)
"Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, sesungguhnya
kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik". ( ayat 104-105) "Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata".
(ayat 106)
"Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan
yang besar". (ayat 107) (Sesudah nyata kesabaran dan
ketaatan Ibrahim dan Ismail a.s. maka Allah Swt. melarang
menyembelih Ismail dan untuk meneruskan kurban, Allah
Swt. menggantinya dengan seekor kambing. Peristiwa
ini menjadi dasar disyariatkannya kurban yang dilakukan
pada hari Raya Haji).
"Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di
kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu)
Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". (ayat 108-109)
"Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik". (ayat 110)
"Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang
beriman". (ayat 111)
Dan inilah asal permulaan sunah berkurban yang dilakukan
oleh umat Islam pada setiap hari raya Idul Adha tanggal 10
Zulhijjah.
6. Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Membangun Ka’bah
Pada satu ketika, Nabi Ibrahim a.s. menerima wahyu dari Allah Swt. agar membangun Ka’bah. Hal itu disampaikan
kepada anaknya. Nabi Ismail a.s. berkata, “Kerjakanlah
apa yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu dan aku akan
membantumu dalam pekerjaan mulia itu”.
Allah Swt. berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah
Ayat 127:
"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina)
dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa):
Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui".
Mulailah keduanya membangun Ka’bah hingga selesai dan
tempat Nabi Ibrahim a.s. berdiri ketika itu dikenal dengan
Maqam Ibrahim.
Kemudian Allah Swt. memberi wasiat kepada Nabi Ibrahim
a.s. dan Nabi Ismail a.s. untuk membersihkan Ka’bah dari
kotoran, perbuatan syirik dan penyembahan berhala untuk
orang-orang yang tawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang
sujud.
Artikel Terkait :
☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 1 SD/MI
☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 2 SD/MI
☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 3 SD/MI
☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 4 SD/MI
☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 5 SD/MI
☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 6 SD/MI